Telah berkata putra Lukman kepada ayahnya: "Ayah, hal
apa yang paling baik untuk manusia? "Agama" jawab Lukman. "Kalau dua?"
tanya sang anak lagi. "Agama dan harta." "Kalau tiga? "Agama, harta dan
rasa malu." "Kalau empat? "Agama, harta, rasa malu dan akhlaq yang
baik." "Kalau lima?" "Agama, harta, rasa malu, akhlaq yang baik dan
kedermawanan." "Kalau enam?" "Wahai anakku," jawab Lukman. "Jika kelima
hal tersebut terhimpun dalam diri seseorang, maka ia adalah seorang yang
berhati suci, bertaqwa, kekasih Allah dan terjauhkan dari syetan."
Al-Hasan pernah berkata: "Barang siapa rusak akhlaqnya, sungguh ia telah menganiaya dirinya sendiri."
Anas bin Malik berkata: "Seorang hamba dengan
akhlaqnya yang baik dapat mencapai derajat yang tinggi di syurga,
sedangkan ia bukanlah seorang ahli ibadah. Dan dengan akhlaqnya yang
buruk dapat terhempas ke dasar paling bawah neraka Jahannam, sedangkan
ia seorang ahli ibadah."
Dan telah berkata Yahya bin Mu'adz: "Dalam kelapangan akhlaq tersimpan harta karun rizqi."
Dan telah berkata Wahb bin Munabbih:
"Perumpamaan seorang yang berakhlaq buruk, seperti tembikar yang pecah,
tidak dapat di tambal dan tidak pula dapat di kembalikan menjadi tanah
lagi."
Dan telah berkat Al-Fudhail: "Sekiranya aku di
temani seorang pendosa yang baik akhlaqnya, lebih ku senangi daripada
aku di temani seorang ahli ibadah yang buruk akhlaqnya."
Ibn Al-Mubarak pernah mendapat seorang teman
seperjalanan yang buruk akhlaqnya. Namun ia tetap bersabar dan
senantiasa berusaha mengikuti kemauan temannya itu. Dan ketika akhirnya
mereka berpisah, Ibn Al-Mubarak menangis. Seseorang menanyakan hal itu
kepadanya, dan diapun berkata: "Aku menangisi orang itu. Kini aku telah
berpisah darinya, sedangkan akhlaqnya yang buruk masih bersamanya, tidak
berpisah darinya."
Dan telah berkata Al-Junaid: "Empat hal yang
mengangkat seseorang ke derajat tertinggi, meski amalan dan ilmunya
hanya sedikit saja: kesantunan, tawadlu (kerendah hatian), kedermawanan
dan kebaikan akhlaq. Itulah pula kesempurnaan Iman."
Dan telah berkata Al-Kinani: "Tasawwuf adalah
akhlaq. Siapa saja yang mengunggulimu dalam akhlaq, maka dia
mengunggulimu dalam tasawwuf."
Umar bin Khaththab, r.a. pernah berkata: "Pergaulilah manusia dengan akhlaq, dan bersainglah dengan mereka dalam amalan."
Yahya bin Mu'adz berkata: "Akhlaq yang buruk
adalah kejahatan yang mengakibatkan tak bergunanya perbuatan baik
walaupun banyak jumlahnya. Sedangkan akhlaq yang baik adalah kebajikan
yang mengakibatkan tidak berpengaruhnya perbuatan buruk walaupun banyak
jumlahnya."
Abdullah bin Abbas pernah di tanya: "Apa
kemuliaan itu?" Maka ia menjawab: "Kemuliaan adalah sebagaimana di
jelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya yang agung: "Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah yang paling bertaqwa di antara
kamu. '(Al-Hujurat: 13)." Kemudian ia di tanya lagi: "Apa ketinggian
derajat seseorang?" Jawabnya: "Yang paling baik akhlaqnya di antara kamu
adalah yang paling tinggi derajatnya.
Ibn Abbas juga pernah berkata: "Setiap bangunan memiliki pondasi, dan pondasi Islam adalah akhlaq yang baik."
Dan telah berkata 'Atha': "Tak seorangpun meningkat martabatnya kecuali dengan akhlaq yang baik."
Dan tak seorangpun meraih kesempurnaan akhlaq
selain Rasulullah, Al-Musthafa saw. Oleh karena itu , manusia-manusia
yang paling dekat kepada beliau adalah mereka yang mengikuti jejaknya
dengan akhlaq yang mulia.
( Sumber Rujukan: Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-qulub, karya Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali )
( Sumber Rujukan: Tahdzib Al-Akhlaq wa Mu'alajat Amradh Al-qulub, karya Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali )
Posting Komentar
Butuh Bantuan Live? Silakan Hub Saya Via Facebook !